Beberapa waktu lalu, ada seseorang yang saya lupa siapa, berbagi sebuah foto di sosial media. Foto itu cukup populer di ranah online dan sering dijadikan materi perang gambar di berbagai forum onlinedi Facebook.

Euforia 1 Muharram 1438 H

Pagi itu, Ahad 2 Oktober 2016 bertepatan dengan hari pertama tahun baru hijriah 1438, ketika jam menunjukkan pukul 09.15 WIB, ratusan pemuda-pemudi...

Cinta Dan Cita-Cita

Dua kata berbeda yang saling berkaitan, berkesinambungan dan saling menguatkan. Emm... bagaimana bisa ? Baiklah, mari sejenak memutar otak, mengingat kembali kisah perjuangan seorang budak. Yang sempat membuat hati Rasulullah retak....

Siapa Lagi?

Siapa lagi ? Tepat sudah setahun terlewat Tapi duhai... Sesal, sedih, marah, benci Melihat semua cerminan diri Siapa lagi ? Tatkala tahun telah berganti

النجاح

Semakin ku kejar, semakin kau jauh... Sepotong lirik lagu yang jika dipandang dari segi perjuangan menggapai kesuksesan hanya akan menambatkan rasa pesimis dalam hati seseorang.

النجاح

Semakin ku kejar, semakin kau jauh...
Sepotong lirik lagu yang jika dipandang dari segi perjuangan menggapai kesuksesan hanya akan menambatkan rasa pesimis dalam hati seseorang.
Merupakan salah satu ujian terbesar saat seseorang menjadi pengampu cita-cita tinggi nan mulia, yang pada waktu yang sama, ia tidak mempunyai fasilitas mumpuni untuk menggapainya, hanya bermodal cita-cita. Yang demikian -bagi kebanyakan orang- hanya mendatangkan siksaan batin. Demikian lah Ibnul Jauzi rahimahullah berpendapat.
Orang yang sukses memiliki kebiasaan menghindari perkataan “Saya tidak bisa”, dan mereka yakin akan hal itu. Ambillah contoh dari salah satu negara yang masyhur dengan kemajuan pesat, yakni Jepang. Salah satu faktor kesuksesan mereka dalam berbagai disiplin ialah mengasingkan diri dari perkataan “Ah, saya pasti tidak bisa”. Mereka jauh dari ungkapan demikian. Maka, kita -sebagai calon orang sukses- lazimnya membiasakan diri dalam berkata “Saya pasti bisa!” “Ana aqdir” (saya bisa. Ed). Yakin bahwa pasti bisa, mampu, dan sadar bahwa itu memang semua butuh proses.
Bukankah anak kecil terjatuh ratusan kali hingga akhirnya ia bisa berjalan? Bukankah seorang juara tinju professional telah merasakan berkali-kali jotosan telak nan maut di wajahnya?. Sadarilah, saudaraku, bahwasanya sukses tidak pernah datang serta merta tanpa susah, tanpa payah. Memang, ada beberapa orang yang sukses tanpa payah tanpa susah. Faktor keberuntungan. Namun, ketauhilah, bahwa mereka yang sukses adalah mereka yang egonya memaafkan kegagalan dan kekecewaan. Gagal memang musibah, namun enggan bangkit setelah gagal lebih buruk daripada musibah itu sendiri.
Gigi Nabi Muhammad shallallahu alaihi was salam harus pecah sebelum sukses berdakwah...
Yusuf alahi salam harus dibuang ke sumur, di jual, hingga di penjara sebelum menjadi raja...
Musa alahi salam harus menjadi buruh upahan, di kejar-kejar si diktator tirani, Fir’aun, sebelum meraih kemenangannya.
Kegagalan dan rintangan adalah sebuah alat penguji yang akan menampakkan kualitas kuat kita dalam meraih kesuksesan. Kesuksesan harus diperjuangkan berulang kali dari berbagai jalan yang ada, berulang kali, dan berkali-kali.

-BLACK STOON-

Siapa Lagi ?

Siapa lagi ?
Tepat sudah setahun terlewat
Tapi duhai...
Sesal, sedih, marah, benci
Melihat semua cerminan diri
Siapa lagi ?
Tatkala tahun telah berganti
Tapi duhai..
Hanya janji yang kami dapati
Dari para penguasa yang mengisi kursi
Tak bernilai, tak berarti
Pun tak dapat mengobati luka negri
Siapa lagi ?
Tapi duhai..
Apalah arti menanti
Jika hanya kembali mengisi apa yang akan terjadi
Terhadap saudara-saudara kami
Yang katanya.. sehati..
Betulkah ?
Siapa lagi...
Kalau bukan diri kita sendiri
Para tombak revolusi
Para pengusung sebuah misi
Menumbuhkan cinta negri
Tuk meraih cita-cita negri
By : JUN

Nemo


Mendapatkannya...
Satu dari seribu makna yang ada
Cintaku padanya melebihi kenikmatan dunia
Memilikinya..
Merupakan nikmat yang tak ternilai harganya
Ah, apakah bisa ?
Apapun hasilnya harus terus mencoba
Secepat mungkin ku ingin mendapatkannya
Karena..
Ku ingin mulia hidup bersamanya
Ku ingin menjadi keluarga terkhusus-Nya
Ku ingin selalu menjaganya
Walaupun dan dimanapun ku berada
Ku ingin menghabiskan malam bersamanya
Berdiri menghadap-Nya
Melantunkan hafalan yang ada
Larut dalam ayat-ayat suci-Nya
Menetes air mata bahagia janji-Nya
Mengucur deras air mata takut siksa-Nya
Al-Qur’an... itulah namanya
Hidup bersamanya
Untuk menjadi imam yang sempurna
Membawa keluarga ke jannah-Nya
Menghadiahkan mahkota kepada orangtua
Dengan pengorbanan dan perjuangan nyata
Ku pasti mendapatkannya
Dengan ikhlas sepenuh jiwa raga
Tiada mustahil meraihnya
Inilah cinta dan cita-cita warga kampung dua menara
By : NEMO

Cinta dan Cita-Cita

Dua kata berbeda yang saling berkaitan, berkesinambungan dan saling menguatkan.  Emm... bagaimana bisa ?
Baiklah, mari sejenak memutar otak, mengingat kembali kisah perjuangan seorang budak.  Yang sempat membuat hati Rasulullah retak....
Matanya memerah, berair.  Namun, dia tidak sedang bersedih.  Badannya kekar, berkulit hitam, terlihat kuat dan semakin hari semakin kuat.  Bekas cambukan yang tak jarang pun semakin “memperindah” perawakannya.  Ya, hari itu, lagi-lagi majikannya yang biadab ”menghabisinya” bahkan inilah puncaknya, saat sang budak yang kehabisan tenaga itu di jemur, dicambuk hingga diseret di padang pasir yang panas dan ditindihkan batu besar di badannya yang tiada selapispun kain membalut badannya.  Namun disinilah keindahannya, ya, indah.  Karena dengan wajah tegar dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya itu dia mengucap kata yang sederhana namun indah, bahkan menawan.  “Ahad !” satu kata penuh makna itu meluncur dari bibirnya yang pecah mengering, kepanasan. Hebatnya, ketika sang majikan memaksanya mengucap kata peruntuh iman, dia, sang budak itu masih teguh pendirian.  Dengan satu kata penuh makna... “Ahad !”. Baiklah, cukupkan dulu ceritanya, karena kelanjutannya sudah sering kita dengarkan.  Oleh karena itu, marilah kita membahas kata itu. Ya, “Ahad”. Inilah kata cinta sekaligus cita-cita.
Mengapa ? Karena waktu itu sang penutur, ya ”budak itu” salah satu budak mulia dalam Islam.  Seorang Ethiopia bernama Bilal bin Rabbah, berhasil mengucapkan kata itu dalam kondisi yang menyayat kalbu. Jadi bisa dibilang itulah ucapan murni dari hati. Jadi mungkin kita akan bertanya-tanya, apa istimewanya?
Jadi begini, kata “Ahad” itu sebuah kata cinta. Loh ko bisa? Ya bisalah, meskipun terkesan biasa saja, tapi bisa dikatakan itu adalah “kata puncak kerinduan hamba pada Rabb-Nya”. Dan hebatnya lagi, Bilal berhasil menunjukkan cita-citanya di kata itu. Loh memang apa cita-citanya ? Bertemu Rabbnya ! Inilah cita-cita tertinggi Bilal yang tersirat dalam satu kata.  Di saat pasrah menjadi satu-satunya jalan di tengah siksaan dan nyawa seakan tinggal satu jengkal.  Bilal ingin menunjukkan dia tetap berpegang teguh pada keimanan dan menunjukkan betapa di dadanya bergemuruh kerinduan.  Ya, kerinduan sekaligus cita-cita seorang muslim.  Bertemu Rabbnya.  Dia mencintai Rabbnya dan berharap bertemu dengan-Nya.  Indah bukan? Hanya dengan satu kata dia bisa mengungkapkan cita-cita sekaligus cinta.  Bahkan bukan sekedar cita-cita, ini sesuatu yang agung, menawan.  Jadi, di sini kita bisa belajar dari Bilal, bagaimana mengesinambungkan cinta dan cita-cita.  Ya, hanya dengan satu kata penuh makna.... “Ahad !”.(Anak Mahal)

Bicara Cinta









Bicara Cinta

Benarlah kata-kata yang kubaca...
Seorang pecinta selalu menarik simpul-simpul
Yang dia rasa bisa mengaitkan seluruh
Cerita yang ia buat dalam imajinasinya
(ingin) menjadi kenyataan...

Tapi benarkah...

Ayolah kawan, hidup ini bukan sekadar tarik menarik
Lalu mengulur dan mengaitkan
Jalan cerita macam layangan...
Hidup ini misterius, tak bisa ditebak
Meski apa yang terjadi pada kita
Sudah tertulis di bukuNya...
Lantas, apakah kau pernah membacanya
Sehingga dengan padanya menarik ulur jalan cerita
Kawan, hidup ini bukan setrika..
Yang bisa kau kendalikan panas dinginnya
Yang bisa kau kehendaki
Mana yang harus lurus, klimis
Dan mana yang kau biarkan kusut
Begitu juga kau wahai yang didera cinta...
Cinta bukan khayalan
Cinta bukan angan-angan
Namun...
Cinta itu sebuah impian, kesempatan...
Yang bukan hanya dengan termenung bisa kau wujudkan
Kau dengar?
Cinta itu kesempatan
Kalau kau melihat kesempatan
Lalu hanya membayangkannya saja
Apa yang terjadi bila dapat kesempatan itu
Maka semua itu hanya ‘bohong’!
Kalau kau hanya menarik ulur simpul khayalanmu itu,
bukankah yang terjadi malah kusut?
Jika kau pernah main layangan
Dan selalu sibuk menarik ulur benang
Tanpa ingat untuk menggulungnya,
Benangnya kusut kawan,
Tak jelas mana pangkalnya
Mana ujungnya,
Mana benang yang benar mana yang salah
Dan ia tak dapat diurai lagi,
Maka tak berguna lagi benang itu...
Sama saja dengan simpul khayalanmu
Yang kau tarik ulur hingga kusut
Jika kau tak bergerak untuk mengurainya
Maka jangan menangis ketika simpul yang benar diambil orang lain.
Maka bergeraklah kawan...
Ambil setiap kesempatan yang berlalu di hadapanmu
Jika memang kau “susah” untuk bergerak
Maka berdo’a...
Dengan berdo’a,
maka itu berarti kau menyerahkan segala urusan
kepada pemilik seluruh alam semesta...
jangan terpukau dengan novel-novel cinta yang kau baca
jangan berkhayal seakan-akan kisah cintamu
seindah novel-novel cinta...
itu hanya bikinan “manusia”
ingat...!
kisah cintamu ditulis oleh pencipta skenario terbaik
yang penuh rahasia yang tak bisa ditebak endingnya
dengan membaca halaman akhirnya
jadi kawan... berhentilah menarik ulur
kisah cinta “imajinasimu” tanpa bimbingan
Allah yang maha Esa...
Siapa tahu dengan bimbingannya
Kau dan orang yang kau cintai
Menarik pangkal dan ujung simpul yang sama
Membuat berdebar dua hati yang penuh cinta...
Menciptakan senyuman menawan
Di wajah yang merona..
(De_Xmail) 1 September 2016

ANTARA CINTA DAN CITA-CITA WARGA KAMPUNG DUA MENARA

Nikah...
Satu kata seribu makna
Bersatu, bersama, beribadah, dan sebagainya.
Mendapatkannya...
Satu dari seribu makna yang ada
Cintaku padanya melebihi apapun yang ada
Memilikinya...
Merupakan nikmat yang tak ternilai harganya
Ah, apakah bisa???
Apapun hasilnya ku kan terus mencobanya
Secepat mungkin ku ingin mendapatkannya
Karena...
Ku ingin selalu hidup bersamanya
Ku ingin menyatukan jiwaku dengannya
Ku ingin selalu menjaganya
Kapanpun dan dimanapun ku berada
Ku ingin semalaman beribadah bersamanya
 Dan ku ingin segera larut dalam lantunan ayat-ayat sucinya
Al-Qur’an... Itulah namanya
Ku ingin bersatu bersamanya agar bisa menjadi imam yang sempurna
Untuk “makmum” ku yang sebenarnya
Itulah cita-citaku yang sebenarnya...
Bersatu padu dengannya, dalam satu jiwa dan raga...
Yang terdiri dari kumpulan kata-kata dari Tuhan yang Maha Esa
Dengan pengorbanan dan perjuangan yang nyata...
Ku pasti bisa mendapatkannya
Maka ukhti...
Tunggulah diriku ini sampai ku selesai mendapatkannya
Dengan sepenuh jiwa dan raga, ku ikhlas melakukannya
Inilah namanya perpaduan
“Antara Cinta Dan Cita-Cita
Warga kampung Dua Menara”