Cinta dan Cita-Cita

Dua kata berbeda yang saling berkaitan, berkesinambungan dan saling menguatkan.  Emm... bagaimana bisa ?
Baiklah, mari sejenak memutar otak, mengingat kembali kisah perjuangan seorang budak.  Yang sempat membuat hati Rasulullah retak....
Matanya memerah, berair.  Namun, dia tidak sedang bersedih.  Badannya kekar, berkulit hitam, terlihat kuat dan semakin hari semakin kuat.  Bekas cambukan yang tak jarang pun semakin “memperindah” perawakannya.  Ya, hari itu, lagi-lagi majikannya yang biadab ”menghabisinya” bahkan inilah puncaknya, saat sang budak yang kehabisan tenaga itu di jemur, dicambuk hingga diseret di padang pasir yang panas dan ditindihkan batu besar di badannya yang tiada selapispun kain membalut badannya.  Namun disinilah keindahannya, ya, indah.  Karena dengan wajah tegar dengan keringat yang membasahi seluruh tubuhnya itu dia mengucap kata yang sederhana namun indah, bahkan menawan.  “Ahad !” satu kata penuh makna itu meluncur dari bibirnya yang pecah mengering, kepanasan. Hebatnya, ketika sang majikan memaksanya mengucap kata peruntuh iman, dia, sang budak itu masih teguh pendirian.  Dengan satu kata penuh makna... “Ahad !”. Baiklah, cukupkan dulu ceritanya, karena kelanjutannya sudah sering kita dengarkan.  Oleh karena itu, marilah kita membahas kata itu. Ya, “Ahad”. Inilah kata cinta sekaligus cita-cita.
Mengapa ? Karena waktu itu sang penutur, ya ”budak itu” salah satu budak mulia dalam Islam.  Seorang Ethiopia bernama Bilal bin Rabbah, berhasil mengucapkan kata itu dalam kondisi yang menyayat kalbu. Jadi bisa dibilang itulah ucapan murni dari hati. Jadi mungkin kita akan bertanya-tanya, apa istimewanya?
Jadi begini, kata “Ahad” itu sebuah kata cinta. Loh ko bisa? Ya bisalah, meskipun terkesan biasa saja, tapi bisa dikatakan itu adalah “kata puncak kerinduan hamba pada Rabb-Nya”. Dan hebatnya lagi, Bilal berhasil menunjukkan cita-citanya di kata itu. Loh memang apa cita-citanya ? Bertemu Rabbnya ! Inilah cita-cita tertinggi Bilal yang tersirat dalam satu kata.  Di saat pasrah menjadi satu-satunya jalan di tengah siksaan dan nyawa seakan tinggal satu jengkal.  Bilal ingin menunjukkan dia tetap berpegang teguh pada keimanan dan menunjukkan betapa di dadanya bergemuruh kerinduan.  Ya, kerinduan sekaligus cita-cita seorang muslim.  Bertemu Rabbnya.  Dia mencintai Rabbnya dan berharap bertemu dengan-Nya.  Indah bukan? Hanya dengan satu kata dia bisa mengungkapkan cita-cita sekaligus cinta.  Bahkan bukan sekedar cita-cita, ini sesuatu yang agung, menawan.  Jadi, di sini kita bisa belajar dari Bilal, bagaimana mengesinambungkan cinta dan cita-cita.  Ya, hanya dengan satu kata penuh makna.... “Ahad !”.(Anak Mahal)

0 komentar: