Beberapa waktu lalu, ada seseorang yang saya lupa siapa, berbagi sebuah foto di sosial media. Foto itu cukup populer di ranah online dan sering dijadikan materi perang gambar di berbagai forum onlinedi Facebook.

Euforia 1 Muharram 1438 H

Pagi itu, Ahad 2 Oktober 2016 bertepatan dengan hari pertama tahun baru hijriah 1438, ketika jam menunjukkan pukul 09.15 WIB, ratusan pemuda-pemudi...

Cinta Dan Cita-Cita

Dua kata berbeda yang saling berkaitan, berkesinambungan dan saling menguatkan. Emm... bagaimana bisa ? Baiklah, mari sejenak memutar otak, mengingat kembali kisah perjuangan seorang budak. Yang sempat membuat hati Rasulullah retak....

Siapa Lagi?

Siapa lagi ? Tepat sudah setahun terlewat Tapi duhai... Sesal, sedih, marah, benci Melihat semua cerminan diri Siapa lagi ? Tatkala tahun telah berganti

النجاح

Semakin ku kejar, semakin kau jauh... Sepotong lirik lagu yang jika dipandang dari segi perjuangan menggapai kesuksesan hanya akan menambatkan rasa pesimis dalam hati seseorang.

[LG] Malam Puncak Isy Karima Language Festival






































Kelak Ketika Aku...



Kelak. Ada alasan mengapa orang begitu terpesona oleh kata ini. Kelak ketika sudah lulus dari sini, kelak ketika sudah besar nanti, kelak 15 tahun lagi...
Ya. Kelak. Sebuah kata yang melarikan seseorang dari realita, memasuki dunia khayal yang hanya ada keindahan di dalamnya. “Hidup berawal dari mimpi”, katanya. “Masa depan adalah manifestasi dari apa yang kita cita-citakan”, katanya. “Kita sekarang adalah apa yang kita lakukan kemarin, dan kita besok adalah apa yang kita inginkan sekarang”, katanya juga.

Tidak ada yang salah, tentu saja. Namun yang jadi masalah adalah ketika kata ‘kelak’ tersebut hanya sebatas di mulut saja. Hanya sebatas angan-angan belaka. Omong kosong. Betapa banyak orang yang bermimpi, namun ia tak ubahnya laiknya ‘punguk merindukan bulan’. Mimpinya sebatas mimpi belaka, perlahan pudar terurai realita.

Maka inilah yang membedakan. Mimpi selamanya akan menidurkan kita dari kenyataan, ketika tidak ada action dari kita yang bersangkutan. Al Hajib Al Manshur, tak lebih dari tukang ojek keledai di masa mudanya. Namun ia bermimpi, berkhayal, berbincang dengan sahabatnya sesama tukang ojek seraya memandangi bintang gemintang. “Kelak ketika aku sudah jadi Khalifah, kalian mau minta apa?”.

Dan itulah ia bertahun-tahun kemudian. Khalifah Andalusia. Pemimpin sebuah peradaban yang pernah memukau dunia. Mengapa? Karena memang itulah mimpinya. Lalu? Karena ia percaya. Kemudian? Karena ia bergerak. Membuktikan bahwa ia memang pantas menjadi seorang Khalifah. Ia tak hanya duduk termenung tersenyum sendiri, membayangkan hebatnya jadi Khalifah. Ya. Karena ia mengeksekusi mimpinya tersebut.

Maka bermimpilah, dengan tetap menyadari. Bahwa kau, kau yang sekarang, adalah kau yang kau impikan dahulu. Kau yang kau impikan, adalah apa adanya kau sekarang. Kau tak akan pernah berubah menjadi siapapun. Kau adalah kau. Maka langkahi setiap tahapannya, pantaskan dirimu untuk mendapatkan apa yang kau inginkan, dan jadikan mimpimu itu nyata, kelak.
[NAD]

ICC: Klub Hobi ala Santri Isykarima


Isykarima Competitor Club. Satu lagi program unggulan yang diluncurkan oleh Divisi Seni dan Jurnalistik MATIQ Isykarima (a.k.a GRADASI). Mengambil sistem perkumpulan sebagai sebuah klub beranggotakan bebas, program ini bertujuan untuk mengumpulkan bakat-bakat alami para santri di bidang fotografi, desain grafis, serta jurnalistik dalam satu wadah. Harapannya agar di masa mendatang prestasi yang ditorehkan MATIQ Isykarima di ketiga bidang tersebut dapat terus berkesinambungan. 

Klub yang diketuai oleh Kak Anwar Sinaga ini telah mulai beroperasi sekitar 2 bulan yang lalu. Hingga sekarang, alhamdulillah, perkumpulan ICC ini telah diikuti oleh lebih dari 30 santi MATIQ Isykarima.
ICC dibagi menjadi 3 departemen sesuai dengan karakter masing-masing anggotanya. Ketiga departemen tersebut adalah: Design Master dibawah komando Kak Sofwan Munawwar , Photography dengan arahan dari Kak Zuhair Najmuddin, serta JurnalisticHolic dibawah pimpinan Kak Anwar sendiri. Pembagian ini bertujuan untuk memudahkan proses pembibitan dan pembelajaran dalam setiap kategori yang telah ada. Selain itu, pembagian ini juga berfungsi sebagai penyaring dalam mencari bakat-bakat terbaik yang akan mewakili MATIQ Isykarima dalam berbagai even-even kompetisi yang digelar di luar sana. 

Melalui ICC, setiap anggota dididik untuk bisa menguasai salah satu kategori yang telah ada. Caranya yaitu melalui pemberian materi secara intensif, penugasan praktek untuk mengetes sejauh mana pemahaman anggota, hingga pengiriman anggota ICC ke berbagai lomba-lomba. Terakhir, akan ada penghargaan-penghargaan khusus dari pengurus ICC bagi anggota yang berhasil menjadi tauladan dalam setiap tugas yang diberikan maupun dalam lomba yang diikuti. Semuanya bertujuan untuk mengasah kemampuan santri di bidang Desain Grafis, Fotografi, dan Jurnalistik.

Konsep yang diusung ICC selama berjalan adalah relax, comfortable, and useful. Santai (Relax) dalam artian setiap anggota diberi kebebasan untuk mengekspresikan jiwa seni dan kreatifitas melalui karya-karya mereka. Nyaman (Comfortable) dalam arti mereka diizinkan untuk membuat kondisi pembelajaran sekondusif mungkin ketika berkumpul. Dan bermanfaat (Useful) dalam arti mereka tetap akan merasakan manfaat dari kegiatan ini entah dalam jangka pendek maupun jangka panjang seusai lulus nantinya.

Tertarik bergabung? Yuk, ikutan ke Isykarima aja!  

Kubaca Firman Persaudaraan

Kubaca Firman Persaudaraan

ketika kubaca firmanNya "sungguh tiap Mukmin bersaudara"
aku merasa, kadang ukhuwah tak perlu dirisaukan
tak perlu, karena ia hanya akibat dari iman

aku ingat pertemuan pertama kita, Akhi sayang
dalam dua detik, dua detik saja
aku telah merasakan perkenalan, bahkan kesepakatan
itulah ruh-ruh kita yang saling sapa, berpeluk mesra
dengan iman yang menyala, mereka telah mufakat
meski lisan belum saling sebut nama, dan tangan belum berjabat

ya, kubaca lagi firmanNya, "sungguh tiap Mukmin bersaudara"
aku makin tahu, persaudaraan tak perlu dirisaukan

karena saat ikatan melemah, saat keakraban kita merapuh
saat salam terasa menyakitkan, saat kebersamaan serasa siksaan
saat pemberian bagai bara api, saat kebaikan justru melukai
aku tahu, yang rombeng bukan ukhuwah kita
hanya iman-iman kita yang sedang sakit, atau mengerdil
mungkin dua-duanya, mungkin kau saja
tentu lebih sering, imankulah yang compang-camping

kubaca firman persaudaraan Akhi sayang
dan aku makin tahu, mengapa di kala diancamkan
"para kekasih pada hari itu, sebagian menjadi musuh sebagian yang lain...
kecuali orang-orang yang bertaqwa"





 dikutip dari buku "Dalam Dekapan Ukhuwah"
karya Salim A fillah

Launching MATRIKS









Salah Nalar


Pembawa acara atau MC dituntut memiliki kecakapan untuk menghidupkan suasana dalam sebuah acara. Karena tujuan utamanya untuk memimpin/memandu sebuah acara, tentu kecakapan berbahasa mutlak diperlukan. Terlebih jika menjadi pembawa acara pada acara-acara resmi. Akan tetapi, sudah benarkah bahasa yang mereka gunakan?


Apabila dicermati, bahasa pembawa acara di forum-forum resmi ternyata masih ada kesalahan, terutama salah nalar. Pertama, salah nalar pada saat mengawali acara. Pembawa acara sering mengatakan, “Para hadirin sekalian yang berbahagia, untuk menyingkat waktu marilah kita mulai acara ….” Apabila dicermati, sebenarnya pernyataan di atas tidak benar secara logika dan tata bahasa. Kata hadirin sudah menunjukkan jamak sehingga tidak perlu menambahkan kata para ataupun sekalian. Frasa menyingkat waktu tidak logis karena waktu tidak bisa disingkat. Idealnya pembawa acara menggunakan frasa mengefektifkan waktu. Sebaiknya pembawa acara mengatakan, “Hadirin yang berbahagia, untuk mengefektifkan waktu marilah kita mulai acara …”


Kedua, salah nalar pada saat menyebutkan pergantian acara. Pembawa acara sering mengatakan “Menginjak acara berikutnya” atau “Memasuki acara berikutnya”. Kalimat tersebut tidak logis karena acara tidak untuk diinjak dan tidak bisa dimasuki. Kalimat yang tepat yaitu “Acara selanjutnya adalah …”


Ketiga, salah nalar pada saat mempersilakan seseorang memberi sambutan. Kita sering mendengar “Kepada yang terhormat Bapak Kepala Dinas … waktu dan tempat kami persilakan.” Penggunaan “kepada” untuk mengawali sebuah sapaan tentu tidak benar, begitu pula penggunaan “waktu dan tempat”. Jika pembawa acara hanya satu sebaiknya menggunakan “saya”. Meskipun “kami” dirasakan lebih halus, tetapi tidak tepat untuk menyebut orang pertama tunggal. Kalimat yang sebaiknya diucapkan adalah “Yang terhormat Kepala Dinas … kami/saya persilakan.”


Keempat, salah nalar pada saat menutup acara. Tidak jarang pembawa acara mengatakan “Atas perhatiannya kami ucapkan banyak-banyak terima kasih.” Contoh tersebut jelas salah secara logika. Penggunaan “nya” itu untuk pihak ketiga, padahal hadirin adalah pihak kedua. Penggunaan banyak selain salah nalar karena terima kasih bukanlah kuantitas, juga berlebihan atau mubazir. Kalimat yang benar adalah “Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, kami/saya mengucapkan terima kasih.”


Memang kesalahan yang dilakukan berulang-ulang tanpa ada pembenaran akhirnya dianggap sebagai sebuah kebenaran. Yang jelas, diharapkan dalam berbahasa kita membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa. Dari mana kita memulai? Dari diri kita dan mulai sekarang juga! [Giyato(Guru B. Indo)]

Karena Nasihat itu Berlian

Siapa yang tidak menginginkan berlian? Indah, menawan, memesona, tak ternilai harganya.

Namun apalah artinya jika kita memberikan berlian itu dengan melemparkannya ke kepala orang yang ingin kita beri? Bukannya menerima dengan senang hati, namun justru amarah yang akan memendam di hati mereka, bukan?

Itulah adanya sebuah nasihat. Nasihat, jika disampaikan dengan cara yang benar, dengan lemah lembut, dengan hikmah, dan dengan sebuah teladan, bukankah itu akan jauh lebih mengena daripada bentakan? atau pukulan? atau debat? Ya. Karena sudah menjadi tabiat seorang manusia untuk selalu merasa benar. Menampakkan kesalahan seseorang di depan orang lain, hanya akan membuat hati mereka bertambah keras. Mendebat pendapat seseorang yang salah dan berusaha mempermalukan mereka dengan pendapat kita yang lebih benar, hanya akan membuat dendam dan mempermudah jalan bagi setan untuk mencuri celah. Maka bijaksanalah dalam memberikan nasihat!