Kelak. Ada alasan mengapa orang begitu terpesona oleh kata ini. Kelak ketika sudah lulus dari sini, kelak ketika sudah besar nanti, kelak 15 tahun lagi...
Tidak ada yang salah, tentu saja. Namun yang jadi masalah adalah ketika kata ‘kelak’ tersebut hanya sebatas di mulut saja. Hanya sebatas angan-angan belaka. Omong kosong. Betapa banyak orang yang bermimpi, namun ia tak ubahnya laiknya ‘punguk merindukan bulan’. Mimpinya sebatas mimpi belaka, perlahan pudar terurai realita.
Maka inilah yang membedakan. Mimpi selamanya akan menidurkan kita dari kenyataan, ketika tidak ada action dari kita yang bersangkutan. Al Hajib Al Manshur, tak lebih dari tukang ojek keledai di masa mudanya. Namun ia bermimpi, berkhayal, berbincang dengan sahabatnya sesama tukang ojek seraya memandangi bintang gemintang. “Kelak ketika aku sudah jadi Khalifah, kalian mau minta apa?”.
Dan itulah ia bertahun-tahun kemudian. Khalifah Andalusia. Pemimpin sebuah peradaban yang pernah memukau dunia. Mengapa? Karena memang itulah mimpinya. Lalu? Karena ia percaya. Kemudian? Karena ia bergerak. Membuktikan bahwa ia memang pantas menjadi seorang Khalifah. Ia tak hanya duduk termenung tersenyum sendiri, membayangkan hebatnya jadi Khalifah. Ya. Karena ia mengeksekusi mimpinya tersebut.
[NAD]
0 komentar:
Posting Komentar