Salah Nalar


Pembawa acara atau MC dituntut memiliki kecakapan untuk menghidupkan suasana dalam sebuah acara. Karena tujuan utamanya untuk memimpin/memandu sebuah acara, tentu kecakapan berbahasa mutlak diperlukan. Terlebih jika menjadi pembawa acara pada acara-acara resmi. Akan tetapi, sudah benarkah bahasa yang mereka gunakan?


Apabila dicermati, bahasa pembawa acara di forum-forum resmi ternyata masih ada kesalahan, terutama salah nalar. Pertama, salah nalar pada saat mengawali acara. Pembawa acara sering mengatakan, “Para hadirin sekalian yang berbahagia, untuk menyingkat waktu marilah kita mulai acara ….” Apabila dicermati, sebenarnya pernyataan di atas tidak benar secara logika dan tata bahasa. Kata hadirin sudah menunjukkan jamak sehingga tidak perlu menambahkan kata para ataupun sekalian. Frasa menyingkat waktu tidak logis karena waktu tidak bisa disingkat. Idealnya pembawa acara menggunakan frasa mengefektifkan waktu. Sebaiknya pembawa acara mengatakan, “Hadirin yang berbahagia, untuk mengefektifkan waktu marilah kita mulai acara …”


Kedua, salah nalar pada saat menyebutkan pergantian acara. Pembawa acara sering mengatakan “Menginjak acara berikutnya” atau “Memasuki acara berikutnya”. Kalimat tersebut tidak logis karena acara tidak untuk diinjak dan tidak bisa dimasuki. Kalimat yang tepat yaitu “Acara selanjutnya adalah …”


Ketiga, salah nalar pada saat mempersilakan seseorang memberi sambutan. Kita sering mendengar “Kepada yang terhormat Bapak Kepala Dinas … waktu dan tempat kami persilakan.” Penggunaan “kepada” untuk mengawali sebuah sapaan tentu tidak benar, begitu pula penggunaan “waktu dan tempat”. Jika pembawa acara hanya satu sebaiknya menggunakan “saya”. Meskipun “kami” dirasakan lebih halus, tetapi tidak tepat untuk menyebut orang pertama tunggal. Kalimat yang sebaiknya diucapkan adalah “Yang terhormat Kepala Dinas … kami/saya persilakan.”


Keempat, salah nalar pada saat menutup acara. Tidak jarang pembawa acara mengatakan “Atas perhatiannya kami ucapkan banyak-banyak terima kasih.” Contoh tersebut jelas salah secara logika. Penggunaan “nya” itu untuk pihak ketiga, padahal hadirin adalah pihak kedua. Penggunaan banyak selain salah nalar karena terima kasih bukanlah kuantitas, juga berlebihan atau mubazir. Kalimat yang benar adalah “Atas perhatian Bapak/Ibu/Saudara, kami/saya mengucapkan terima kasih.”


Memang kesalahan yang dilakukan berulang-ulang tanpa ada pembenaran akhirnya dianggap sebagai sebuah kebenaran. Yang jelas, diharapkan dalam berbahasa kita membiasakan yang benar bukan membenarkan yang biasa. Dari mana kita memulai? Dari diri kita dan mulai sekarang juga! [Giyato(Guru B. Indo)]

0 komentar: